ADANU — Pelanggan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Mayang Kota Jambi kini harus membayar lebih mahal setiap bulan, meski tidak ada peningkatan signifikan dalam pelayanan air bersih.
Sejak Februari 2025, PDAM Tirta Mayang menaikkan tarif berlangganan secara sepihak. Untuk pelanggan rumah tangga dan sosial, biaya langganan naik dari Rp 13 ribu menjadi Rp 17 ribu. Sementara pelanggan niaga kini dikenakan tarif tetap Rp 50 ribu, dari sebelumnya hanya Rp 38 ribu. Kenaikan ini diatur dalam Surat Keputusan Direksi PDAM Tirta Mayang Nomor 5 Tahun 2025.
Dengan total 106.602 sambungan rumah (SR), PDAM diperkirakan mengantongi pendapatan tetap mencapai Rp 2,2 miliar per bulan atau sekitar Rp 26,7 miliar per tahun tanpa harus menjual setetes pun air.
Rinciannya, sebanyak 94.502 pelanggan kategori rumah tangga dan sosial dikenakan biaya Rp 17 ribu per bulan, menghasilkan Rp 1.598.884.000. Sementara dari 12.550 pelanggan niaga, PDAM mengumpulkan Rp 627.500.000 per bulan.
Kenaikan ini memicu reaksi keras dari pelanggan. Sebagian besar mengaku tidak pernah mendapat sosialisasi secara langsung.
“Saya kaget pas lihat tagihan naik jadi Rp 17 ribu, padahal air di rumah saya hidupnya cuma subuh dan magrib. Banyak matinya. Kok bisa-bisanya tarif naik?” keluh Sri, warga Telanaipura.
Hal serupa disampaikan Yuli, ibu rumah tangga lainnya. Ia mengatakan tagihan air bulanan keluarganya kini hampir Rp 150 ribu, naik dari sebelumnya Rp 130–135 ribu.
“Pelayanan masih buruk, tapi biaya makin mahal. Ini membebani kami sebagai warga,” ujarnya.
Sementara itu, Humas PDAM Tirta Mayang, Rendy, membenarkan adanya kenaikan. Ia menyebut biaya langganan berbeda dari tarif pemakaian air yang dihitung berdasarkan volume.
“Kenaikan ini untuk menopang biaya operasional, perawatan jaringan, dan penggantian meteran pelanggan yang sudah tua,” jelasnya.
Ia mengklaim bahwa sosialisasi sudah dilakukan melalui media sosial resmi PDAM. Namun, banyak pelanggan merasa tidak mendapat informasi secara memadai.
Data terbaru PDAM hingga Juli 2025 mencatat ada 106.602 sambungan, dengan rincian 1.186 kategori sosial, 91.581 rumah tangga, dan 12.550 niaga.
Kritik mengalir deras terhadap keputusan ini, terutama karena sebagian besar pelanggan masih mengalami aliran air yang tidak stabil dan minim perbaikan infrastruktur.
Discussion about this post