ADANU – Ratusan warga dari Kelurahan Aur Kenali, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, dan Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, meledak dalam aksi besar-besaran menolak pembangunan stockpile batubara milik PT. Sinar Anugrah Sentosa (SAS), anak perusahaan RMKE Group.
Aksi ini langsung memacetkan Jalan Lintas Timur yang jadi urat nadi transportasi yang menghubungkan Jambi dengan provinsi lain di Sumatera. Dengan dikomandoi Barisan Perjuangan Rakyat (BPR) bersama warga terdampak serta dukungan penuh WALHI Jambi, massa berteriak lantang menentang proyek yang mereka nilai merampas ruang hidup, menghancurkan lingkungan, dan mengancam kesehatan masyarakat.
Stockpile dan jalan khusus PT. SAS dibangun tepat di tengah pemukiman padat penduduk. Warga menyebut proyek ini bukan hanya pelanggaran hak konstitusional mereka atas lingkungan hidup yang sehat sebagaimana dijamin Pasal 28H ayat (1) UUD 1945, tetapi juga pengkhianatan terhadap hukum dan keadilan ekologis.
“Pembangunan stockpile ini adalah pelanggaran tata ruang sekaligus pembangkangan terhadap hukum daerah. Negara seharusnya melindungi rakyat, bukan mengorbankan mereka demi segelintir korporasi,” tegas Direktur WALHI Jambi, Oscar Anugrah.
Proyek PT. SAS terbukti bertentangan dengan Perda Kota Jambi Nomor 5 Tahun 2024 tentang RTRW yang melarang aktivitas industri berat di kawasan pemukiman. Ketua BPR, Rahmat Supriadi, memperingatkan.
“Suara rakyat tidak bisa dibungkam. Penolakan ini adalah perjuangan mempertahankan ruang hidup dan masa depan generasi mendatang. Kami tidak akan diam!”
Dalam orasi lantang yang menggema di sepanjang Jalan Lintas Timur, massa mendesak Gubernur Jambi, Al Haris, untuk turun langsung dan menghentikan seluruh aktivitas PT. SAS. Warga menegaskan.
“Tidak ada pembangunan yang sah bila dibangun di atas penderitaan rakyat dan kehancuran lingkungan.”
Spanduk besar bertuliskan “Hentikan Segala Aktivitas PT. SAS di Atas Pemukiman Warga!” terbentang di tengah jalan, menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap kerakusan korporasi dan abainya pemerintah.
Aksi damai namun penuh amarah ini adalah peringatan keras masyarakat tak akan tinggal diam ketika ruang hidupnya dirampas.
Discussion about this post