ADANU – Di ruang perawatan anak RSUD Bula, suasana terasa hening namun sarat harapan. Seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun, KS, warga Desa Dawang, terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Tubuhnya yang kurus dengan wajah pucat menjadi saksi perjuangannya melawan penyakit kusta dan gizi buruk.
Di samping ranjang, sang ayah, Zakaria Sumatan, duduk dengan wajah lelah namun penuh doa, berharap ada keajaiban untuk putra kecilnya.
Kamis (21/8/25), ruang perawatan itu mendadak berbeda.
Kapolres Seram Bagian Timur (SBT), AKBP Alhajat, datang didampingi Kabag Log, Kompol Johanis Werluka. Kehadirannya disambut Direktur RSUD Bula, dr. Denny Indrayana, sebelum bersama-sama menghampiri bocah malang itu.
Alhajat tak sekadar berdiri di sisi ranjang. Ia merunduk, menyentuh lembut kepala KS, lalu berbincang singkat dengan sang ayah. Dengan nada penuh kehangatan, Kapolres menyampaikan empatinya.
“Mendengar kabar ada anak kita yang menderita gizi buruk, hati saya langsung tergerak. Saya ingin melihat langsung kondisinya, memberi semangat, dan memastikan bahwa ia mendapat perawatan yang layak. Semoga adik kita lekas membaik dan bisa kembali ceria seperti anak-anak lain,” ucapnya.
Langkah kepedulian itu tak berhenti pada kunjungan. Kapolres SBT membawa serta bantuan berupa paket sembako, biaya tambahan pengobatan untuk keluarga pasien, dan tiga kantong darah hasil donor dari personel Polres SBT.
Semua diberikan untuk meringankan beban Zakaria dan membantu proses penyembuhan sang anak.
Di balik rasa lelah dan kecemasan, Zakaria tak kuasa menahan haru. Air matanya jatuh saat menerima bantuan itu.
“Saya benar-benar tidak menyangka. Polisi mau datang, melihat langsung, bahkan membantu anak saya. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolres. Semoga segala kebaikan ini dibalas Tuhan dengan pahala berlipat,” ujarnya dengan suara bergetar.
Bagi alumni akpol 2006 itu, kepedulian seperti ini adalah bagian penting dari tugas kepolisian. Ia menegaskan bahwa polisi bukan hanya hadir untuk menegakkan hukum, tetapi juga harus menjadi penopang bagi masyarakat yang sedang berada dalam kesulitan.
“Polres SBT berkomitmen hadir dalam situasi darurat kemanusiaan. Kepedulian ini bukan hanya tugas, tapi panggilan hati. Kami ingin masyarakat merasakan bahwa polisi ada untuk mereka, kapan pun dibutuhkan,” tandasnya.
Kehadiran Kapolres dan jajarannya membawa suasana berbeda di ruang perawatan. Senyum kecil tampak tersungging di wajah KS meski masih lemah. Bagi sang anak, perhatian yang diterimanya mungkin menjadi semangat baru untuk terus berjuang.
Bagi Zakaria dan keluarganya, hari itu bukan sekadar kunjungan, melainkan titik terang bahwa mereka tidak sendirian menghadapi cobaan berat.
Bahwa masih ada tangan-tangan yang mau meraih dan menguatkan, bahkan dari sosok yang sehari-hari identik dengan seragam dan tugas berat menjaga keamanan.
Di RSUD Bula sore itu, kepedulian sederhana berubah menjadi energi besar: harapan.
Discussion about this post