JAMBI – Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mana yang tidak kenal dengan sosok satu ini, siapa lagi kalau bukan Aminuddin Ma’ruf Mantan Ketua Umum (Ketum) PMII Masa bakti 2014-2016.
Dia adalah Ketum PMII yang lewat Kongres di Jambi tahun 2014 silam, kala itu kongres sempat ricuh dan membuat asrama haji Jambi porak poranda.
Saat ini pria kelahiran Karawang Jawa Barat 27 Juli 1986 itu resmi menjabat wakil menteri (Wamen) Badan Usaha Milik Nagara (BUMN).
Langkahnya membuat dia berada di level seniornya di PMII seperti Muhammad Hanif Dhakiri mantan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, Nusron Wahid, Muhaimin Iskandan atau Cak Imin dan masih banyak lagi.
Di usianya yang ke 38 tahun dia sudah menduduki posisi yang strategis di pemerintahan Prabowo Gibran, tentu seperti sekarang bukan perkara mudah.
Tentunya dia bakal menjadi tolak ukur keberhasilan alumi PMII di karir, apakah dia berhasil melewati itu semua atau bernasib sama dengan Iman Nahrawi yang menjadi tersangka korpusi.
Banyak keder yang menaruh hormat dengan mantan ketum satu ini, dia tidak berpolitik praktis saat menjabat ketum PB PMII, tidak seperti Muhammad Abdullah Syukri.
Namanya rusak usai mendaftarkan bakal calon Bupati Cirebon via Partai PKB, langkahnya jelasa merusak pasalnya kader PMII tidak diperbolehkan berpolitik praktis apalagi mencalonkan diri sebagai kelapa daerah.
Kader PMII Jambi Akmal Salaza Hola Putra mengagakan Aminudin Ma’ruf tentunya mempunyai tantangan dan tanggung jawab yang besar untuk menjalankan tugasnya ,apalagi lingkungan kerjanya yg rentan terhadap korupsi.
“Besar harapan dengan kepimimpinan Aminuddin Ma’rufsupaya tidak senasib dengan Iman Nahrowi yang menjadi tersangka kasus korupsi,” katanya.
Dia juga mengingatkan Wakil Menteri BUMN itu mampu mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam semua kegiatan BUMN.
“Beliau harus membangun budaya integritas seperti menanamkan nilai nilai etika, kejujuran dan transparasi dalam setiap pengambilan keputusan, selain itu dia harus memberikan akses penuh terhadap KPK untuk melakukan audit dan investigasi,” tagasnya.
Akmal menilai dengan itu mantan Ketum PB PMII itu memiliki kesempatan untuk menjadi role model dalam memimpin bumn dengan integritas dan profesionalitas.
Keterlibatan Aminuddin Ma’ruf di dalam berpolitik praktis dapat menimbulkan berbagai persepsi diantaranya orang menganggap bahwa PMII menjadi alat politik bagi partai atau pemerintahan tertentu. Hal ini dapat merusak citra PMII sebagai organisasi mahasiswa yang independen dan kritis.
“Dia harus bisa memisahkan antara peran politik dan organisasi, hal ini penting untuk memastikan bahwa PMII tetap independen dan tidak dimanfaatkan untuk kepentingan politik,” tegasnya.
Abel Gaesca Sandya mengatakan dengan ditunjuknya Aminuddin Ma’ruf sebagai wamen BUMN sudah jelas kualitas dari kader PMII yang tak diragukan baik hari ini, atau pun masa mendatang, oleh karenanya Aminuddin Ma’ruf yang dulunya merupakan ketum PB PMII masa khidmat 2014-2016 dapat menjalankan amanah dengan baik dan jangan sampai korupsi ingat Kongres di Jambi ketika beliau terpilih sebagai ketum
“sebagai seorang wamen hendaknya senior yang satu ini harus mampu membuat gebrakan Terbaru untuk kemajuan BUMN ke depan,” katanya.
Atik Rofiqoh meminta agar seniornya itu
menghindari Kasus Korupsi dan Jaga Reputasi Sebagai Wakil Menteri BUMN, Aminuddin Ma’ruf harus menunjukkan integritas tinggi untuk menjaga kepercayaan publik, terutama dari kalangan alumni PMII.
“Jabatan strategisnya akan menjadi tolak ukur kredibilitas alumni organisasi di pemerintahan. Kasus korupsi yang menimpa tokoh lain, seperti Iman Nahrawi, harus menjadi peringatan agar berhati-hati dalam menggunakan wewenang.
Saran serta berkontribusi secara optimal bagi negara. Sikap profesional ini akan menginspirasi alumni PMII lainnya untuk berperan aktif di pemerintahan dengan fokus pada kinerja, bukan kepentingan politik,” tegasnya.
Sebelum ditunjuk menjadi Wamen BUMN, Aminuddin Ma’ruf sudah banyak yang ia lewati seperti Stafsus Presiden, berikut rekam jajak mantan Ketum PB PMII 2014-2016.
Gaya Komunikasi yang Memikat
Moh. Syaeful Bahar dalam buku berjudul Merawat Nalar ala Santri menulis bab khusus mengenai Aminuddin Ma’ruf. Judul esai itu “Seberapa Penting Aminuddin Ma’ruf?”. Dia mengomentari penujukkan Aminuddin sebagai Staf Khusus Milenial untuk Presiden Joko Widodo pada 2019.
Menurut buku tersebut, Aminuddin Ma’ruf punya gaya komunikasi yang memikat sehingga Presiden Joko Widodo mengamanahinya tugas untuk menangani pemuda, desa, dan pesantren.
Ini bermula ketika dia menjadi Ketua PB PMII, dapat dilihat bahwa acara-acara PMII kerap dihadiri oleh Jokowi. Jalinan komunikasi yang baik ini terus berlanjut, bahkan ketika Aminuddin lengser dari jabatan Ketua PB PMII.
“Sejak masih menjabat sebagai ketua PB PMII, periode 2014-2016, hubungan Aminuddin Ma’ruf dengan Jokowi dapat dibilang dekat. Beberapa kegiatan PMII dihadiri langsung Presiden Jokowi, dan itu, nyata adalah hasil lobi Aminuddin Ma’ruf,”
“Bukan barang mudah menjalin dan menjaga komunikasi dengan presiden. Terlalu banyak orang yang berkepentingan di sekitar Presiden yang kapan saja dapat membuat Aminuddin Ma’ruf terpental, namun dia bisa menjaga diri agar tetap mendapat tempat istimewa di hadapan Jokowi.” tulis Syaeful Bahar.
Mengatasi Radikalisme di Kalangan Muda
Pada masa Presiden Joko Widodo, Aminuddin Ma’ruf diangkat sebagai Staf Khusus Milenial. Pengangkatan ini dinilai Syaeful Bahar sebagai ‘gayung bersambut’.
Jokowi ingin meredakan radikalisme dan Aminuddin dengan jaringan yang luas ke beragam universitas dan pesantren adalah sosok yang tepat untuk hal itu.
“Jokowi akan terus mendapatkan amunisi ala santri untuk memerangi radikalisme. Jejaring pesantren dan santri yang dimiliki Aminuddin akan menjamin, bahwa konsep Islam Ramah, Islam Rahmatan Lil’alamin hingga ke persoalan adu argumentasi tentang wajah Islam, akan terus kuat secara argumentatif dan hampir bisa dipastikan otoritatif karena akan didukung oleh pesantren dan santri,”
Selain itu, menurutnya, penyebaran informasi tentang bahaya radikalisme di kalangan mahasiswa juga akan cepat menyebar dengan jejaring PMII yang dimiliki Aminuddin Ma’ruf.
Undur Diri dari Stafsus Milenial
Pada 23 Oktober 2023, Aminuddin Ma’ruf mengundurkan diri dri jabatannya sebagai Stafsus Milenial. Dia kemudian melibatkan diri pada banyak kegiatan kepemudaan dan politik, serta fokus untuk Pemilu 2024.
Karier panjangnya itu diperhitungkan. Presiden terpilih Prabowo Subianto yang pada Minggu (20/10/24) diambil sumpah sebagai Presiden RI, menarik Aminuddin Ma’ruf ke dalam kabinet. Dia kini Wakil Menteri BUMN.
Discussion about this post