ADANU.CO.ID – Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jambi mengadakan Pertemuan Ilmiah Respirologi (PIR) III tahun 2023. Pertemuan tersebut mengangkat tema “Respiratory and Lung Health Issue in Post Pandemic Era: Then, Now and Future”.
Pertemuan ini sekaligus sebagai salah satu kesiapan RSUD Raden Mattaher Jambi untuk menjadi rumah sakit pendidikan spesialis paru.
Direkrur RSUD Raden Mattaher Jambi Dr dr Herlambang Sp.OG.KFM mengatakan pertemuan ini di ikuti seratus lebih dokter.
“Dalam pertemuan itu di bahas tentang update terbaru ilmu pernapasan dan di moderatori oleh dokter paru dari Jambi,” katanya, Senin 6 Maret 2023.
Dalam acara yang di gelar sehari penuh itu di hadirkan sejumlah pembicara lokal dan nasional yang sangat kompeten di bidangnya. Seperti Prof dr Faisal Yunus, Ph.D, Sp.P (K), FCCP, FISR Ketua Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.
Ada juga Prof Dr dr Agus Dwi Susanto, Sp.P (K), FISR, FAPSR, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, kemudian dr Alvin Kosasih, Sp.P(K), MKM, FISR, FAPSR Sekretaris Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Ada juga ahli paru Jambi yang turut menjadi narasumber, dr Melly Miranda, M.Ked,Sp.P. Kemudian dr Dicky Wahyudi Sp.P, dr Mardiah M.kes,Sp.P dan dr Makrup effendi Sp.P FISR.
Dalam Pertemuan Ilmiah Respirologi ini di bahas update terbaru ilmu pernapasan dan di moderatori oleh dokter paru dari Jambi.
Dokter Derralah Ansusa Lindra, M.Sc,Sp.P dan dr Delvan Irwandi,Sp.P memberikan up date tentang penanganan asma. Juga tuberkulosis hingga penyakit paru yang di dapat pada saat kerja atau di sebut penyakit paru kerja.
RSUD Raden Mattaher akan jadi rumah sakit pendidikan
Seperti di ketahui bahwa RSUD Raden Mattaher Jambi akan di jadikan Rumah Sakit Pendidikan Program Studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, yang akan melahirkan Dokter Spesialis Paru.
Hadirnya beberapa narasumber yang memiliki ilmu dan pengalaman yang tak di ragukan lagi di Indonesia ini, membuat seminar itu ramai. Di hadiri oleh ratusan mahasiswa kedokteran, dokter umum dan dokter spesialis yang ada di Jambi.
Dari ke semua sesi tanya jawab yang di berikan pada para peserta, di tanggapi dengan pertanyaan-pertanyaan bernas dan antusias. Kemudian di lanjutkan oleh peserta lain, dengan pertanyaan menarik dan terkini lainnya.
Dalam paparannya sebagai pembicara, Erlina Burhan memaparkan, bahwa pertimbangan perubahan durasi pengobatan. Adalah TB Sensitif Obat (SO) saat ini di obati dengan empat obat TB lini pertama untuk jangka waktu enam bulan.
Meskipun efektif, rejimen pengobatan enam bulan tetap terlalu lama bagi banyak pasien. Dalam beberapa tahun terakhir, upaya penelitian telah di arahkan untuk menemukan rejimen yang lebih pendek yang aman dan efektif.
Empat perubahan teknik pengobatan tersebut, adalah; pasien baru dengan TB paru harus menerima regimen yang mengandung 6 bulan rifampisin: 2HRZE/4HR.
Jika memungkinkan, frekuensi pemberian untuk pasien baru TB paru adalah setiap hari selama terapi (tidak lagi 3 kali seminggu). Dan penggunaan tablet kombinasi dosis tetap (FDC) di rekomendasikan daripada obat terpisah.
Pada pasien TB paru baru yang di obati dengan regimen yang mengandung rifampisin selama pengobatan. Jika apusan dahak positif di temukan pada penyelesaian fase intensif, perpanjangan fase intensif tidak di anjurkan.
Untuk TB-HIV, di rekomendasikan untuk pasien TB yang hidup dengan HIV harus menerima setidaknya durasi pengobatan TB yang sama dengan pasien TB HIV-negatif. ART harus di mulai sesegera mungkin dalam waktu dua minggu setelah memulai pengobatan TB, terlepas dari jumlah CD4.
Erlina Burhan juga mengatakan kegagalan pengobatan dan desain rejimen di sebabkan oleh dalam rejimen pengobatan MDR-TB yang lebih lama. Kemudian risiko kegagalan pengobatan, kekambuhan dan kematian sebanding ketika pengobatan di mulai dengan 4-6 obat yang mungkin efektif. Selain itu, rejimen dapat di pertimbangkan.
Pasien yang menjalani pneumonektomi tidak memiliki hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak menjalani operasi. Dan pasien yang memiliki akses ke dukungan psikologis memiliki tingkat penyelesaian dan penyembuhan pengobatan yang lebih tinggi, serta tingkat kegagalan pengobatan dan mangkir yang lebih rendah.
Diperkirakan terdapat 443.235 kasus TB baru pada 2020
Sementara itu dr Melly Miranda, Sp.P, yang adalah Dokter Spesialis Paru di RSUD Raden Mattaher Jambi, memaparkan masalah TB secara global. Di perkirakan di Indonesia pada tahun 2020 terdapat 443.235 kasus TB baru dan kematian akibat TB sekitar 15.186 kasus sehingga berdasarkan angka ini Indonesia menjadi ranking ke dua di dunia.
Pada tahun 2019 terdapat 484.000 pasien TB yang resisten terhadap rifampisin (TB-RR) dan sekitar 78 persen di antaranya adalah TB MDR. Meskipun angka kesembuhan untuk TB yang sensitif obat tinggi (85 persen), angka kesembuhan untuk TB MDR hanya 54 persen dan TB XDR hanya 30 persen.
Masalah MDR TB di Indonesia pada saat ini, menurut dr Melly yakni Kasus konfirmasi 12.700 masih jauh dari estimasi sekitar 25.000. Enrolll case vs confirmed case gap masih 58 persen dimana banyak pasien yang sudah konfirmasi tapi belum memulai pengobatan. Angka keberhasilan pengobatan masih di angka 51 persen dari target 80 persen.
Selain pertemuan ilmiah PDPI juga melakukan pelantikan pengurus PDPI untuk periode 2023-2026. Dimana dr Meidianto, Sp.P., FISR di lantik sebagai Ketua PDPI Cabang Jambi dan di dampingi dr Dicky Wahyudi, Sp.P sebagai Sekretaris PDPI Cabang Jambi.
Discussion about this post