JAMBI – Komunitas Taman Baco Atap Rumbe akhirnya selesai menggelar rangkaian kegiatan literasi di Desa Jambi Tulo, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Ke depan, masyarakat akan terus diajak untuk tekun bergiat menghidupkan literasi.
“Komunitas literasi agar terus bersemangat membangun literasi bagi masyarakat,” ujar Adi Budiwiyanto, Kepala Badan Bahasa Provinsi Jambi, Kamis (24/10/24).
Adi mengapresiasi kegiatan yang telah digelar dalam rangka penguatan komunitas literasi di Provinsi Jambi, termasuk di Taman Baco Atap Rumbe.
Total ada sebanyak 11 komunitas yang menggelar rangkaian kegiatan literasi lewat dukungan bantuan pemerintah (banpem) 2024.
Dukungan itu direalisasikan dengan sejumlah pelatihan yang digelar sepanjang September hingga Oktober. Atap Rumbe menggelar lima pelatihan berupa mendongeng, membaca nyaring, dan menulis kreatif.
Pelatihan itu diberikan bagi relawan, adik-adik, guru, dan masyarakat di Desa Jambi Tulo yang selama ini minim mengakses kegiatan literasi. Pelatihan ini menjadi bagian upaya menguatkan literasi masyarakat perdesaan sejak dini lewat tutur dan tulis.
“Untuk adik-adik pegiat literasi di Taman Baco Atap Rumbe teruslah berkegiatan lierasi. Jangan pernah bosan. Karena literasi akan meningkatkan kualitas hidup adik-adik,” tambah Adi.
Tingkat literasi di Desa Jambi Tulo semula tergolong kecil. Di masa pandemi lalu, 20 persen anak-anak usia sekolah dasar masih buta huruf hingga belum lancar baca, tulis, dan hitung. Akses layanan literasi dasar juga minim. Padahal, desa itu berjarak cukup dekat dari Kota Jambi, yakni hanya 20-an kilometer.
Ketua Taman Baco Atap Rumbe, Irma Tambunan, mengatakan rangkaian pelatihan ini digelar untuk mengejar ketertinggalan literasi di wilayah pedalaman.
“Atap Rumbe mengapresiasi dukungan ini dan berharap hasilnya efektif mendongkrak literasi di Desa Jambi Tulo,” ujarnya.
Kegiatan ini memperoleh dukungan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra lewat program Bantuan Pemerintah untuk Komunitas Penggerak Literasi.
Menulis, membaca nyaring, dan mendongeng dipilih sebagai kegiatan pelatihan karena merupakan kemampuan yang sangat diminati anak-anak dan remaja di desa itu.
“Anak-anak ingin lancar menulis cerita dan membaca nyaring. Untuk itu, kami coba buka jalannya,” tambahnya.
Begitu pula dengan mendongeng merupakan salah satu warisan budaya. Di masa lalu, dongeng tidak sekedar pengantar tidur untuk anak tetapi juga penyampaian pesan-pesan kebaikan.
Orangtua di Desa Jambi Tulo dulunya rata-rata pandai mendongeng. Seiring perkembangan zaman dan semakin berkembangnya digitalisasi, dongeng semakin tergerus di desa itu.
“Harapan kami, pelatihan-pelatihan ini menghidupkan kembali kearifan menyampaikan pesan-pesan baik pada anak-anak lewat dongeng,” tutupnya.
Rangkaian pelatihan di Atap Rumbe diawali dengan menulis kreatif bagi pegiat komunitas yang diampu oleh Baron Aritonang, penulis di Kota Jambi.
Selanjutnya, pelatihan mendongeng diisi oleh Detty Herawati dan Tommy Pandiangan, serta pelatihan membaca nyaring oleh Leny Marlina Ketiganya dari Kampung Dongeng Seloko.
Pelatihan terakhir berupa menulis kreatif oleh Elviza Diana dari Forum Jurnalis Perempuan Indonesia Jambi yang juga jurnalis di Mongabay Indonesia.
Pada tiap-tiap pelatihan, seluruh peserta mempraktikkannya langsung. Mereka pun begitu tampak antusias.
Discussion about this post